السلام عليكم... SAUDARA SAUDARI SEIMAN SETAQWA SELAMAT DATANG DI BLOG KAMI,,, SEMOGA ISI BLOG INI BERMANFAAT,, JANGAN SUNGKAN UNTUK BERBAGI DENGAN MEMBERI KOMENTAR DI CATATAN PENGUNJUNG ATAUPUN DI BUKU TAMU.... INSYAALLOH AKAN BERMANFAAT BAGI KITA SEMUA.. amin ya robbal alamin Download Athan (Azan) Software for your Computer And Download Mobile Athan (Azan) Software for your Cell Phone
RADIO ISLAMI
Date Conversion
Gregorian to Hijri Hijri to Gregorian
Day: Month: Year

Kirim SMS Gratis All Operator Indonesia

fomat--> ex;081234567890
Just try it!! I'm not sure :D

25 Apr 2011

Tanggung Jawab Dalam Islam

Oleh: Dr. H. Achmad Satori Ismail, MA
Dalam sejarah ulama salaf, diriwayatkan bahwa khalifah rasyidin ke V Umar bin Abdil Aziz dalam suatu shalat tahajjudnya membaca ayat 22-24 dari surat ashshoffat
احْشُرُوا الَّذِينَ ظَلَمُوا وَأَزْوَاجَهُمْ وَمَا كَانُوا يَعْبُدُونَ(22)مِنْ دُونِ اللَّهِ فَاهْدُوهُمْ إِلَى صِرَاطِ الْجَحِيمِ(23)وَقِفُوهُمْ إِنَّهُمْ مَسْئُولُونَ(24)

yang artinya : (Kepada para malaikat diperintahkan) “Kumpulkanlah orang-orang yang dzalim beserta teman sejawat merekadan sembah-sembahan yangselalu mereka sembah, selain Allah: maka tunjukkanlah kepada mereka jalan ke neraka. Dan tahanlah mereka di tempat perhentian karena mereka sesungguhnya mereka akan ditanya ( dimntai pertanggungjawaban ).”
Beliau mengulangi ayat tersebut beberapa kali karena merenungi besarnya tanggungjawab seorang pemimpin di akhirat bila telab melakukan kedzaliman. Dalam riwayat lain Umar bin Khatab r.a. mengungkapkan besarnya tanggung jawab seorang pemimpin di akhiarat nanti dengan kata-katanya yang terkenal : “Seandainya seekor keledai terperosok di kota Baghdad nicaya Umar akan dimintai pertanggungjawabannya, seraya ditanya : Mengapa tidak meratakan jalan untuknya ?” Itulah dua dari ribuan contoh yang pernah dilukiskan para salafus sholih tentang tanggungjawab pemimpin di hadapan Allah kelak.
Pada prinsipnya tanggungjawab dalam Islam itu berdasarkan atas perbuatan individu saja sebagaimana ditegaskan dalam beberapa ayat seperti ayat 164 surat Al An’am
وَلَا تَكْسِبُ كُلُّ نَفْسٍ إِلَّا عَلَيْهَا وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى (164)
Artinya: “Dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain.”
Dalam surat Al Mudatstsir ayat 38 dinyatakan
كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ رَهِينَةٌ(38)
Artinya: “Tiap-tiap diri bertanggungjawab atas apa yang telahdiperbuatnya”
Akan tetapi perbuatan individu itu merupakan suatu gerakan yang dilakukan seorang pada waktu, tempat dan kondisi-kondisi tertentu yang mungkin bisa meninggalkan bekas atau pengaruh pada orang lain. Oleh sebab itu apakah tanggung jawab seseorang terbatas pada amalannya saja ataukah bisa melewati batas waktu yang tak terbatas bila akibat dan pengaruh amalannya itu masih terus berlangsung mungkin sampai setelah dia meninggal ?
Seorang yang cerdas selayaknya merenungi hal ini sehingga tidak meremehkan perbuatan baik sekecil apapun dan tidak gegabah berbuat dosa walau sekecil biji sawi. Mengapa demikian ? Boleh jadi perbuatan baik atau jahat itu mula-mula amat kecil ketika dilakukan, akan tetapi bila pengaruh dan akibatnya terus berlangsung lama, bisa jadi akan amat besar pahala atau dosanya.
Allah SWT menyatakan

13 Apr 2011

Sabar Dan Ikhlas


Pada umumnya kita semua bisa lebih sabar, disaat kita di uji Allah dengan hal yang menyenagkan, tapi saat kita di uji Allah dengan ujian yang tidak menyenangkan, seperti ujian kesulitan, ujian kehilangan dan atau musibah maka kebanyakan dari kita, akan merasa begitu sulit menerimanya dan sulit untuk bisa sabar.
Ujian kesulitan, ujian kehilangan, kekurangan musibah, penyakit,  kemiskinan, adalah perkara biasa yang dihadapi oleh manusia selama hidup di dunia ini.  Perhatikan firman Allah SWT berikut ini Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah [2] : 155-157).
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? (QS. Al ‘Ankabuut [29] : 2)
Ketahuilah, sabar akan sangat sulit dilakukan, apabila kita tidak mampu menyadari, bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini, pada hakikatnya hanyalah ujian. Harta yang kita miliki, karir yang bagus, rumah dan mobil mewah yang kita miliki, anak dan keluarga, itu semua adalah ujian dari Allah dan titipan Allah. Apakah kita bersyukur atau menjadi kufur?
Kita harus memahami dengan sebaik-baiknya bahwa Allah lah pemilik yang sebenar-benarnya atas segala sesuatu apapun yang kita miliki di dunia ini. Dengan menyadari bahwa semua yang kita miliki sebenarnya adalah milik Allah dan titipan Allah, maka begitu Allah mengambilnya dari kita, insya Allah kita akan lebih mudah merelakannya. Karena kita menyadari, bahwa semua itu adalah milik Allah dan titipan Allah.  Dan yang namanya titipan, suatu saat nanti memang pasti akan kembali pada pemiliknya, kapanpun pemiliknya menghendaki apa yang dititipkan kembali atau mau mengambilnya dari kita, maka kita harus dengan rela memberikannya.
Jadi, jangan menjadi stres, terpukul dan merasa kehilangan yang sangat berat, apabila kemarin kita masih punya mobil, sekarang sudah tidak lagi, jangan stres dan bersedih hati apalagi sampai meratapi nasib, apabila bulan kemarin usaha kita masih sukses, sedangkan sekarang kita mengalami kegalalan yang besar.
Karena sesungguhnya dengan adanya musibah, maka seorang hamba akan mendapatkan pengampunan dari Allah SWT. Perhatikan sabda Rasulullah saw berikut ini:  “Tak seorang muslim pun yang ditimpa gangguan semisal tusukan duri atau yang lebih berat daripadanya, melainkan dengan ujian itu Allah menghapuskan perbuatan buruknya serta menggugurkan dosa-dosanya sebagaimana pohon kayu yang menggugurkan daun-daunnya.” (HR Bukhari dan Muslim).

3 Apr 2011

Suami Pemimpin Bagi Keluarga (Tausyiah)

Suami Pemimpin Bagi Keluarga K.H. Abdullah Gymnastiar Awal mula kehidupan seseorang berumah tangga dimulai dgn ijab-kabul. Saat itulah yang halal bisa jadi haram atau sebalik yg haram bisa jadi halal. Demikianlah Allah telah menetapkan bahwa ijab-kabul walau hanya beberapa patah kata dan hanya beberapa saat saja tapi ternyata bisa menghalalkan yg haram dan mengharamkan yg halal. Saat itu terdapat mempelai pria mempelai wanita wali dan saksi lalu ijab-kabul dilakukan sahlah kedua sebagai suami-istri. Status kedua pun berubah asal kenalan biasa tiba-tiba jadi suami asal tetangga rumah tiba-tiba jadi istri. Orang tua pun yg tadi sepasang saat itu tambah lagi sepasang. Karena andaikata seseorang berumah tangga dan dia tak siap serta tak mengerti bagaimana memposisikan diri maka rumah tangga hanya akan menjadi awal berdatangan aneka masalah. Ketika seorang suami tak sadar bahwa diri sudah beristri lalu bersikap seperti seorang yg belum beristri akan jadi masalah. Dia juga punya mertua itupun harus menjadi bagian yg harus disadari oleh seorang suami. Setahun dua tahun kalau Allah mengijinkan akan punya anak yg berarti bertambah lagi status sebagai bapak. Ke mertua jadi anak ke istri jadi suami ke anak jadi bapak. Bayangkan begitu banyak status yg disandang yg kalau tak tahu ilmu justru status ini akan membawa mudharat. Karena menikah itu tak semudah yg diduga pernikahan yg tanpa ilmu berarti segera bersiaplah utk mengarungi aneka derita. Kenapa ada orang yg stress dalam rumah tangganya? Hal ini terjadi krn ilmu tak memadai dgn masalah yang dihadapinya. Begitu juga bagi wanita yg menikah ia akan jadi seorang istri. Tentusaja tak bisa sembarangan kalau sudah menjadi istri krn memang sudah ada ikatan tersendiri. Status juga bertambah jadi anak dari mertua ketika punya anak jadi ibu. Demikianlah Allah telah menyeting sedemikian rupa sehingga suami dan istri kedua mempunyai peran yg berbeda-beda.

1 Apr 2011

Nikmat Beramal soleh


بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

وَالْعَصْرِ . إِنَّ الاِْنسَانَ لَفِي خُسْرٍ . إِلاّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ .

Maksudnya:

“Demi masa! Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian . Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal soleh, dan mereka pula berpesan-pesan dengan kebenaran serta berpesan-pesan dengan sabar”

Manusia tidak akan terlepas dari maksud “kerugian” seperti yang digambarkan dalam ayat di atas, selagi detik yang berlalu di dalam umurnya dipenuhi dengan maksiat dan kelalaian kepada Allah S.W.T. Bagi mengelakkan kerugian ini, maka seorang insan mestilah berusaha dengan bersungguh-sungguh untuk memenuhi tuntutan agamanya seperti yang telah diterangkan oleh ayat ini.

Adalah perlu diketahui bahawa amal-amal soleh sebagai ibadat kita kepada Allah S.W.T. terbahagi kepada tiga keadaan:

1- Amal soleh yang dinisbahkan kepada hati, seperti iman, ihsan, tawakkal dan lain-lainnya. Amal soleh sedemikian tidak dapat dilihat dan tidak dapat didengar, sebaliknya dapat diketahui.

2- Amal soleh yang dinisbahkan kepada lidah, seperti membaca al-Quran, berzikir, bersalawat, memberi nasihat dan lain-lain. Amal soleh ini tidak dapat dilihat tetapi dapat didengar dan diketahui.

3- Amal soleh yang dinisbahkan kepada perbuatan, seperti sembahyang, berzakat, menolong orang, berhaji dan sebagainya lagi. Amal soleh ini dapat dilihat dan diketahui.


Ayat-ayat Al-Quran yang berkaitan amal soleh...

Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal soleh, Maka bagi mereka surga tempat kediaman, sebagai pahala terhadap apa yang mereka kerjakan. (Q.S As Sajadah (32) :19)
Design by Andy